PROLOG
“No
body’s perfect say!” seru Amel satu sore saat ia berkunjung ke apartement
Arini. Ketika itu mereka terlibat perbincangan sengit, yang disebabkan
sahabatnya itu lagi-lagi menolak seorang laki-laki yang menyatakan suka bahkan
cinta padanya, lantaran laki-laki itu masih kerabat jauh Amel yang coba
dijodohkan dengan Arini.
“Kamu
mau cari yang bagaimana lagi? Bayu itu kurang apa Ri?” tanya Amel lagi.
“Aku
nggak tahu Mel, tapi aku nggak ngerasain apa-apa sama Bayu...” bantah Arini
membela dirinya.
“Kalau
mau mencari yang sempurna, mau sampai kapan pun nggak bakal kamu temuin Ri?,
karena nggak ada laki-laki yang sempurna di zaman sekarang, Nabi Muhammad itu
satu-satunya manusia sempurna di muka bumi ini, tapi Beliau juga tidak sempurna
dimata istri-istrinya, karena pasti ada rasa sakit sebab cemburu diantara
mereka, jadi bahagia atau tidaknya pasangan itu bukan karena pasangan itu
sempurna tapi bagaimana keduanya bisa saling melengkapi dan menutupi kekurangan
pasangannya?” Amel mulai mengeluarkan jurus ala Mama Dedeh, karena dia memang
aktif mengikuti tausiyah ustadzah kondang itu di televisi.
“Mungkin
memang aku belum ketemu sama jodoh aku Mel?” lanjut Arini sembari meraih remote
televisi yang sedari tadi menyala namun diabaikan oleh mereka, lalu ia mencoba
mencari-cari channel yang bisa menarik perhatiannya, hingga dapat sedikit
mengalihkan pikirannya dari masalah jodoh yang selama ini selalu
menyulitkannya. Terlebih jika sahabatnya itu sudah ikut campur.
“Terus
sampai kapan kamu mau menunggu pangeranmu itu?, inget say umurmu sudah bukan
remaja lagi, bulan depan kamu sudah tigapuluh, teman-teman kita sekolah dan
kuliah dulu sudah pada punya anak, aku sendiri sudah tiga buntutnya, apa kamu
nggak pengen ngerasain syurga dunia?, kalau sekali saja kamu tahu rasanya aku
jamin pasti ketagihan deh,” sahut Amel lagi seraya mengoda sahabatnya itu
dengan mengedipkan sebelah matanya setelah ucapannya.
“Dasar
pikiranmu itu sudah terjangkit virus omes tingkat akut, kalau memang belum ada
laki-laki yang cocok, yang di kirim Allah buat aku terus aku mau gimana Mel?”.
“Memang
jodoh itu Allah yang mengatur Ri, tapi sebagai manusia kamu juga harus usaha, nggak
mungkin jodoh kamu itu jatuh dari langit di depan kamu, terus gimana kamu mau
cepet ketemu jodoh kamu?, kalau baru di deketi laki-laki kamu sudah kabur
duluan, ada yang coba mengajak serius kamu tolak, aduh aku sampe binggung
sendiri sama kamu Ri?” cerocos Amel terus menceramahi sahabat karibnya itu.
“Ok,
aku mengaku kalau aku memang selalu menghindari mereka, tapi itu bukan berarti
aku nggak mau nikah Mel, I want to be married you know?, aku juga nggak tahu
kenapa sampai saat ini, aku belum merasa ikhlas untuk memilih diantara
mereka-mereka itu buat aku jadiin pasangan hidup?, andai saja Oppa Won Bin yang
ngelamar aku, pasti deh aku nggak pake acara mikir, di jamin langsung aku
terima,” balas Arini dengan menghayalkan aktor korea yang menjadi idolanya.
“Yee,
itu maunya kamu Ri, doi sih ogah kali?” protes Amel seraya melempar bantal sofa
ke arah sahabatnya itu.
“Lho
siapa tahu Mel Allah dengerin do’a aku?, bukan nggak mungkin kan kalau Oppa
jodoh aku?, sudah ganteng, keren, baik...” lanjutnya setelah menangkap bantal
yang dilempar Amel dengan sigap. Namun belum lagi selesai kata-kata yang
diucapkannya, Amel dengan cepat memotongnya.
“Iya
tapi doi nggak seiman, memang kamu mau punya suami beda agama?, dosa say”
lagi-lagi pengaruh Mama Dedeh melekat pada Amel.
“Ah
kamu Mel merusak imajinasiku saja, tapi iya juga sih, kita berbeda, oh Oppa
andai saja kamu ditakdirkan jadi jodohku yang seiman, nomu nomu saranghae...”.
“Udah
nggak usah kebanyakan menghayal, lagian angan kamu itu ketinggian, yang ada
saja itu disyukuri bukan malah ditolak terus, pokoknya aku nggak mau tahu,
Bunda kamu sudah memberikan aku wewenang untuk mencarikan kamu jodoh, dan
sebelum tahun ini berakhir kamu sudah harus menikah, itu perintah beliau, jadi
entah dengan pilihan yang aku ajukan atau pilihan kamu sendiri, pokoknya kamu
harus segera mengakhiri statusmu sebagai jones, titik nggak pake koma!, dan
karna sudah sore juga, jadi aku mau pulang dulu, sekalian mau jemput anak-anak
di rumah eyangnya,” balas Amel dengan mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu
ancaman maut.
“Iya
deh, terserah kamu saja Bu, tapi ralat ya aku bukan jones, memang sih aku
jomblo tapi aku nggak ngenes keles, aku mah jojoba, jomblo yang bahagia,
hhe..he.., hati-hati ya dan salam buat jagoan-jagoanmu,”.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar