Selasa, 12 Januari 2016

When She Looking For Love - Prolog


PROLOG

“No body’s perfect say!” seru Amel satu sore saat ia berkunjung ke apartement Arini. Ketika itu mereka terlibat perbincangan sengit, yang disebabkan sahabatnya itu lagi-lagi menolak seorang laki-laki yang menyatakan suka bahkan cinta padanya, lantaran laki-laki itu masih kerabat jauh Amel yang coba dijodohkan dengan Arini.
“Kamu mau cari yang bagaimana lagi? Bayu itu kurang apa Ri?” tanya Amel lagi.
“Aku nggak tahu Mel, tapi aku nggak ngerasain apa-apa sama Bayu...” bantah Arini membela dirinya.
“Kalau mau mencari yang sempurna, mau sampai kapan pun nggak bakal kamu temuin Ri?, karena nggak ada laki-laki yang sempurna di zaman sekarang, Nabi Muhammad itu satu-satunya manusia sempurna di muka bumi ini, tapi Beliau juga tidak sempurna dimata istri-istrinya, karena pasti ada rasa sakit sebab cemburu diantara mereka, jadi bahagia atau tidaknya pasangan itu bukan karena pasangan itu sempurna tapi bagaimana keduanya bisa saling melengkapi dan menutupi kekurangan pasangannya?” Amel mulai mengeluarkan jurus ala Mama Dedeh, karena dia memang aktif mengikuti tausiyah ustadzah kondang itu di televisi.
“Mungkin memang aku belum ketemu sama jodoh aku Mel?” lanjut Arini sembari meraih remote televisi yang sedari tadi menyala namun diabaikan oleh mereka, lalu ia mencoba mencari-cari channel yang bisa menarik perhatiannya, hingga dapat sedikit mengalihkan pikirannya dari masalah jodoh yang selama ini selalu menyulitkannya. Terlebih jika sahabatnya itu sudah ikut campur.
“Terus sampai kapan kamu mau menunggu pangeranmu itu?, inget say umurmu sudah bukan remaja lagi, bulan depan kamu sudah tigapuluh, teman-teman kita sekolah dan kuliah dulu sudah pada punya anak, aku sendiri sudah tiga buntutnya, apa kamu nggak pengen ngerasain syurga dunia?, kalau sekali saja kamu tahu rasanya aku jamin pasti ketagihan deh,” sahut Amel lagi seraya mengoda sahabatnya itu dengan mengedipkan sebelah matanya setelah ucapannya.
“Dasar pikiranmu itu sudah terjangkit virus omes tingkat akut, kalau memang belum ada laki-laki yang cocok, yang di kirim Allah buat aku terus aku mau gimana Mel?”.
“Memang jodoh itu Allah yang mengatur Ri, tapi sebagai manusia kamu juga harus usaha, nggak mungkin jodoh kamu itu jatuh dari langit di depan kamu, terus gimana kamu mau cepet ketemu jodoh kamu?, kalau baru di deketi laki-laki kamu sudah kabur duluan, ada yang coba mengajak serius kamu tolak, aduh aku sampe binggung sendiri sama kamu Ri?” cerocos Amel terus menceramahi sahabat karibnya itu.
“Ok, aku mengaku kalau aku memang selalu menghindari mereka, tapi itu bukan berarti aku nggak mau nikah Mel, I want to be married you know?, aku juga nggak tahu kenapa sampai saat ini, aku belum merasa ikhlas untuk memilih diantara mereka-mereka itu buat aku jadiin pasangan hidup?, andai saja Oppa Won Bin yang ngelamar aku, pasti deh aku nggak pake acara mikir, di jamin langsung aku terima,” balas Arini dengan menghayalkan aktor korea yang menjadi idolanya.
“Yee, itu maunya kamu Ri, doi sih ogah kali?” protes Amel seraya melempar bantal sofa ke arah sahabatnya itu.
“Lho siapa tahu Mel Allah dengerin do’a aku?, bukan nggak mungkin kan kalau Oppa jodoh aku?, sudah ganteng, keren, baik...” lanjutnya setelah menangkap bantal yang dilempar Amel dengan sigap. Namun belum lagi selesai kata-kata yang diucapkannya, Amel dengan cepat memotongnya.
“Iya tapi doi nggak seiman, memang kamu mau punya suami beda agama?, dosa say” lagi-lagi pengaruh Mama Dedeh melekat pada Amel.
“Ah kamu Mel merusak imajinasiku saja, tapi iya juga sih, kita berbeda, oh Oppa andai saja kamu ditakdirkan jadi jodohku yang seiman, nomu nomu saranghae...”.
“Udah nggak usah kebanyakan menghayal, lagian angan kamu itu ketinggian, yang ada saja itu disyukuri bukan malah ditolak terus, pokoknya aku nggak mau tahu, Bunda kamu sudah memberikan aku wewenang untuk mencarikan kamu jodoh, dan sebelum tahun ini berakhir kamu sudah harus menikah, itu perintah beliau, jadi entah dengan pilihan yang aku ajukan atau pilihan kamu sendiri, pokoknya kamu harus segera mengakhiri statusmu sebagai jones, titik nggak pake koma!, dan karna sudah sore juga, jadi aku mau pulang dulu, sekalian mau jemput anak-anak di rumah eyangnya,” balas Amel dengan mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu ancaman maut.
“Iya deh, terserah kamu saja Bu, tapi ralat ya aku bukan jones, memang sih aku jomblo tapi aku nggak ngenes keles, aku mah jojoba, jomblo yang bahagia, hhe..he.., hati-hati ya dan salam buat jagoan-jagoanmu,”.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERPEN - MENGGENANG BIDADARI

     Samarinda hari ini gerimis      Meski kemarin sangat panas      Cuaca mudah sekali berubah      Seperti hati...      Yang selal...