PROLOG
Awalnya tidak
terbesit sedikit pun
niat untuk pergi
meninggalkan zona nyaman
kehidupanku yang selama
ini telah susah
payah aku bangun.
Aku memiliki pekerjaan
tetap dengan gaji yang cukup
untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup. Juga sebuah
rumah yang nyaman peninggalan kedua
orang tuaku. Selain
itu aku punya seorang Bayu
Pramana- kekasih yang telah
menemani hari-hariku selama
kurang lebih tiga
tahun kebersamaan yang
terbilang harmonis dan
sudah dua tahun
ini dia menjadi
tunanganku. Segala hal
yang kumiliki terasa
indah dan lengkap di sini,
namun pernahkah
kalian mendengar ungkapan,
‘Bahwa tidak
ada yang sempurna
di dunia ini?, yah
suatu peristiwa terjadi
dalam episode kehidupanku, dan
itu mengubah segala
yang telah aku
miliki. Kejadian itu
membuat aku mengambil
keputusan untuk meninggalkan
semua kenyamanan dan
ketenangan hidup yang
sudah kujalani hampir seperempat abad
keberadaanku di muka
bumi ini.
“Dean, terimakasih
sudah bersedia menjadi
calon istriku, dan
setelah kita menikah
nanti aku berjanji
akan membuatmu selalu
bahagia bersama dengan
anak-anak kita kelak,
karena aku sangat
mencintaimu,” kata-kata
manis yang terlontar
dari mulut Bayu
setelah aku menerima
lamarannya disebuah acara
dinner romantis yang
sengaja dipersiapkannya suatu
malam kembali terngiang.
“Kamu harus
percaya Dean bahwa
tidak ada wanita
selain kamu yang
aku cintai, hanya
kamu satu-satunya wanita
pemilik hatiku, aku sudah
tidak sabar menanti
saat kamu menjadi
milikku seutuhnya...” lagi-lagi
aku terbuai dengan
mulut manis seorang
Bayu, saat perayaan tiga tahun perjalanan
cinta kami beberapa
minggu lalu.
Selama kebersamaan
kami dalam menjalani
hubungan sepasang kekasih,
aku tidak pernah
sama sekali merasa
curiga jika sebenarnya
Bayu telah mengkhianatiku. Sikap
lembut dan perhatian
yang selalu ia
tunjukkan dihadapanku memang
membuatku terlena dan
terbuai dalam mimpi
yang manis. Aku
mengira jika cinta
sejati itu memang
ada, aku pikir
Bayu tulus mencintaiku
tanpa didasari nafsu
dan hasrat untuk
memiliki tubuhku, namun
penolakanku selama ini
terhadapnya yang menginginkan
itu, ternyata merupakan
awal bencana dalam hubungan
kami. Meski Bayu
mengatakan sangat mencintaiku
tetapi ia dengan
tega berselingkuh dengan
wanita lain yang
rela memberikannya kepuasan
di tempat tidur
sebelum dia menikahiku.
Meski sebelumnya aku
pernah diperingatkan tentang
hal itu namun
aku selalu tidak
mempercayainya semua berita
miring tentang tunanganku
itu, hingga sampai
disatu saat aku
sendiri yang menangkap
basah pengkhianatannya dengan
kedua mataku.
Kini semua
kenangan manis dan
indah yang pernah
kami lalui berdua
telah sirna, dan
berganti dengan rasa
sedih dan juga
sakit di hatiku,
hingga menyebabkan
trauma dan ketakutan
tersendiri yang tertanam
dalam jiwaku. Perasaan
itu selalu menghantui
seiring perjalanan hidupku
untuk menata masa
depan kembali.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar