SINOPSIS
Takdir
Tuhan telah mempertemukan sepasang insan yang berasal dari dua negara berbeda,
Indonesia-Pakistan untuk menyatu dalam ikatan pernikahan. Perbedaan latar
belakang budaya, adat kebiasaan, dan bahasa keseharian tidak menghalangi
jalannya perjodohan yang didasari rasa hutang budi masa lalu.
Fizria
El Jumuah, 23 tahun. Gadis indo-arab lulusan universitas Al Azhar dengan
predikat cumlaude, harus mengubur impiannya menjadi wanita karir demi melaksanakan
daulat sang ayah untuk segera menikah. Padahal ia baru saja mendapatkan gelar
S1, dan masih berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya lagi.
Mohammed
Rayyan, 27 tahun adalah pria berkebangsaan Pakistan yang terhubung dengan
keluarga Zia sebab kisah di masa lalu mereka. Hasan Zakir Barabah- ayah Zia
pernah berhutang nyawa pada Rayyan sekeluarga, lantaran mereka telah
menyelamatkan hidupnya dulu saat masih berada di negara berpenduduk mayoritas
muslim terbesar kedua didunia setelah Indonesia tersebut.
Ketika
itu Hasan yang menjadi salah satu staf KBRI di Pakistan bersama istri dan putrinya
mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari keluarga Rayyan ditengah konflik
politik yang memanas disana. Walau kejadian tersebut sudah cukup lama berlalu,
dan mereka pun sudah terpisah untuk waktu yang sangat panjang. Tetapi Hasan
tidak pernah melupakan hutang budinya pada keluarga Punjabi* itu. (*kelompok suku terbesar di Pakistan)
Maka
setelah ia kembali dipertemukan dengan Rayyan yang sudah hampir dua tahun
bekerja dan menetap di Jakarta. Namun keberadaannya baru diketahui beberapa
bulan terakhir, karena perusahaan tempat Rayyan bekerja sedang menjalin kerjasama
dengan perusahaan miliknya. Lalu muncullah ide untuk menjodohkan pria tersebut
dengan putri sulungnya yang sebentar lagi akan menyelesaikan kuliah di
universitas tertua didunia yang ada di Cairo, Mesir.
Walau
awalnya Zia merasa keberatan akan keinginan sang ayah, dan berusaha membujuk
Hasan untuk menunda proses ta’aruf dengan calon pilihannya itu. Tapi pada
akhirnya Zia pun menyerah, lantaran Hasan tetap pada pendiriannya. Dan
pertemuan dua keluarga pun terjadi, guna membicarakan perihal rencana
pernikahan keduanya.
Saat
dipertemuan pertama kali dengan keluarga calon pasangan hidupnya, Zia sangat
terkejut setelah menghetahui calon suaminya berasal dari negara Pakistan.
Sebuah negara yang sangat ia benci dan selalu ingin dihindarinya, sebab negara
itu mengingatkan Zia pada kenangan buruk dimasa lalu. Waktu itu usianya baru lima
tahun, ketika dinegara tersebut terjadi konflik perang saudara. Dan dari
tragedi itu Zia telah kehilangan sang bunda beserta adik perempuanya yang masih
berusia satu tahun.
Lalu
sekembalinya ke Indonesia, Hasan memutuskan menikah lagi. Tepat dua tahun
setelah kejadian itu, menjadikan Zia memiliki ibu dan saudara tiri. Sebab
wanita yang dinikahi ayahnya seorang janda, dengan satu anak perempuan seumuran
dirinya.
Namun
ternyata, niat Hasan memberi Zia seorang ibu dan teman bermain dirumah malah
justru membuatnya tersiksa. Ibu dan saudari tirinya ini memiliki sifat yang
sangat buruk. Mereka selalu memperlakukan Zia semena-mena jika sang ayah tidak
ada bersamanya. Bermuka dua, licik, gila harta dan sangat matrealistis, dan
membuat Zia tidak betah dirumah. Hingga akhirnya ia memutuskan memilih boarding school sejak lulus dari sekolah
dasar, daripada harus terus-terusan menerima perlakuan buruk keduanya.
Sampai
pada suatu saat, semua kejadian yang dialaminya tersebut menimbulkan satu
trauma. Rasa benci yang terpupuk subur, tubuh dan berakar di hatinya. Dan
kenangan akan negara penyebab ia kehilangan ibu dan saudari kandungnya, yang
akhirnya membuat Zia sangat membenci segala sesuatu yang berkaitan dengan
Pakistan. Sebab ia merasa akibat konflik yang terjadi dinegara itulah yang
menyebabkan dirinya mengalami semua kesedihan, kemalangan dalam hidupnya, juga
kehilangan perhatian dan kasih sayang Hasan seutuhnya.
Lalu
untuk menghindari perjodohan tersebut Zia menyusun rencana, agar pernikahannya
dengan pria pilihan sang ayah jangan sampai terjadi. Ia melakukan segala upaya untuk
mengacaukan persiapan pernikahan, tapi ternyata justru hal tersebut membuat
dirinya semakin mengenal sifat dan kepribadian Rayyan. Ada satu perasaannya
mulai hadir mengelitik hatinya, perlahan mulai meruntuhkan rasa marah dan benci
sebab trauma masa lalunya selama ini.
Seiring
kedekatan mereka, Zia seolah mendapat pencerahan bahwa jika Rayyan memanglah
pasangan yang dipilihkan Tuhan untuk menjadi jodohnya. Sebab ia selalu merasakan
ada sebuah kekuatan seperti kutub magnet yang menariknya untuk mendekat pada
Rayyan. Sementara Rayyan mendapat keyakinan dari dalam dirinya bahwa Zia adalah
bagian tulang rusuknya, belahan jiwa pelengkap hidupnya yang selama ini dicari.
Hingga
akhirnya Zia dan Rayyan pun berhasil dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan,
meski adanya jurang perbedaan yang besar diantara mereka. Namun kisah hidup
mereka tidak berakhir sampai disitu, meski kebahagiaan mengiringi mahligai
perkawinan mereka. Tetapi hal tersebut juga diikuti hadirnya berbagai macam
permasalahan satu persatu yang muncul silih berganti, ditengah-tengah
perjalanan bahtera rumah tangga keduanya.
Lalu
bagaimana kelanjutan dari kisah perjalanan cinta kedua insan ini? Lantas apa
saja usaha-usaha yang dilakukan Zia dan Rayyan demi mempertahankan biduk rumah
tangga mereka? Simak kisah selengkapnya dalam novel karya terbaru Riri Suwandi
berjudul ‘SOULMATE’.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar