Prolog
Minggu
pagi yang cerah, disebuah rumah tampak seorang pria tengah duduk di depan
televisi yang sedang menyajikan berita.
“Mas,
Mas Ahmad...?” panggil seorang wanita yang datang dari arah dapur, pada pria yang
tengah duduk santai di sofa berulang kali, kini wanita berkerudung itu lebih
mendekat dan menyentuh pundak sang pria. Meski wajahnya tertuju pada layar
televisi yang tengah menyala dihadapannya, namun wanita itu tahu jika pria itu
tidak sedang menyimak apa yang tersiar disana.
“Eh
sayang, apa nasi gorengnya sudah siap?” respon pria itu kaget, sedari tadi ia memang
tengah terbuai dalam alam pikirannya.
“Iya
Mas, Mas lagi melamun ya? dari tadi aku panggil-panggil tidak menjawab,
sarapannya sudah aku siapkan,” balas wanita bernama Mayang itu lagi, masih diposisi
berdiri disamping sang pria. Ia memang telah selesai memasak menu sarapan pagi
itu, yang walaupun mereka memiliki asisten rumah tangga dirumah, tapi bagi
Mayang ia akan berusaha sebisa mungkin untuk melayani pria yang menjadi
suaminya itu, sebaik yang dapat ia lakukan untuk menunjukkan kasih sayang dan
perhatiannya. Walau itu hanya dilakukannya saat weekend saja, secara dihari
lain keduanya akan disibukkan dengan rutinitas pekerjaan masing-masing.
“Maaf
ya sayang, aku tadi lagi mikir sesuatu jadi tidak tahu kalau kamu panggil,
sekarang kita makan yuk, aku sudah lapar habis lari tadi pagi,” sahutnya pada
istrinya itu, lalu beranjak berdiri dan menuju ke arah ruang makan yang menjadi
satu dengan dapur dirumah mereka.
“Sebenarnya
apa yang sedang menganggu pikiran Mas? akhir-akhir ini aku lihat Mas
sering melamun?” tanya Mayang disela-sela
menikmati sarapan bersama suaminya itu.
“Hanya
masalah pekerjaan,” jawab Ahmad singkat.
“Mas
ingat sudah berapa lama kita menikah?” lanjut istrinya.
“Kenapa
kamu tanya begitu May?”.
“Apa
Mas lupa kalau kita sudah hampir tiga tahun hidup bersama?, jadi aku bisa tahu
kalau Mas sekarang sedang berbohong dan menyembunyikan sesuatu, beberapa hari
belakangan ini aku mencoba untuk memberi Mas kesempatan untuk jujur dengan
sendirinya, tapi sampai hari ini Mas masih mau memberitahu apa yang menganggu
pikiran Mas itu?, apa peran aku sebagai istri sudah tidak bisa menjadi teman
berbagimu lagi?” jelas Mayang dengan lemah lembut, ia tahu suaminya tengah
memikirkan sesuatu yang bukan berkaitan dengan pekerjaannya, instingnya sebagai
wanita yang sudah hidup serumah sekian lama dengan pria itu, tidak dapat diabaikan.
Mayang
memang bukan tipe wanita yang suka menuntut sesuatu dengan mengebu, ia selalu
bisa menahan dirinya. Mungkin hikmah dari shaum sunnah yang sering
dikerjakannya sejak remaja dulu, mampu membentuk pribadinya yang penuh
kesabaran seperti itu.
“Maafin
Mas ya, sebenarnya aku tidak berniat menyembunyikan apapun dari kamu May, tapi
Mas takut kalau sampai kamu tahu, kamu juga akan kepikiran,” balas suaminya
yang hampir selesai menyantap menu sarapannya.
“Mas,
bukan sudah selayaknya jika suami istri itu saling berbagi dalam segala hal?,
entah itu suka atau duka, untuk saling membantu dan meringankan beban
masing-masing,” Mayang pun tampak telah menghabiskan makanan yang ada di
piringnya, ia meraih segelas air di sampingnya dan meneguknya sebelum kembali
memperhatikan Ahmad yang duduk di hadapannya.
“Kamu memang istri aku yang sangat istimewa sayang, tapi kita
shalat Dhuha dulu ya, setelah itu Mas janji akan menceritakan semua sama kamu,”
sahut Ahmad seraya beranjak dari tempat duduknya yang kemudian diikuti oleh
istrinya sembari mengumpulkan piring dan gelas bekas makan mereka tadi.
“Aku
cuci piring dulu sebentar, Mas duluan ke musholanya,” sahut Mayang.
“Lho
Mba Sumi mana? dari tadi tidak kelihatan, biasanya dia selalu membantu kalau
kamu di dapur?”.
“Tadi
waktu Mas berangkat lari pagi, Mba Sum berangkat ke pasar dan belum pulang,”
jawabnya lagi seraya berlalu menuju ke tempat cuci piring.
“Oo...”.
“Sudah
Mas Dhuha duluan saja, nanti aku menyusul...” lanjut Mayang tanpa menengok dan
tetap asik dengan pekerjaannya mencuci.
“Iya
sayang, ini juga aku sudah mau jalan,” balas suaminya sebelum berlalu
meninggalkan ruang makan menuju ke mushola yang ada dirumah mereka.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar